Umumnya orang Jepang dimakamkan secara Budha, yaitu dengan dibakar, dan abunya akan dimasukkan ke dalam sebuah pot yang terbuat dari keramik. Tempat abu ini kemudian diletakkan di nisan kuburan bersama tempat abu anggota keluarganya yang telah meninggal sebelumnya. Selain terkait masalah keagamaan, cara ini juga dilakukan karena terbatasnya tanah yang dapat dijadikan lahan pemakaman di Jepang. Orang hidup saja berdesak-desakkan, apalagi orang yang sudah meninggal.
Harga sebuah tempat pemakaman di Jepang berkisar antara 2 juta yen sampai 7 juta yen, lebih mahal dari harga rumah ya, terus setiap tahunnya harus membayar biaya administrasi sampai 50 ribu yen. Ck ck ck…. Harga ini belum termasuk batu nisan yang harganya sampai jutaan yen pula. Tetapi setiap keluarga hanya butuh satu nisan yang dapat dipakai turun temurun. Tapi bagi orang kaya, ada juga yang memilih untuk memiliki nisan sendiri-sendiri.
Selain
itu, upacara kematian juga tak kalah mahalnya. Keluarga orang yang
meninggal akan memanggil pendeta atau biksu untuk mengurus jenazah,
mulai dari kremasi, mendoakan arwah, sampai memasukkan abu ke dalam
nisan. Harga yang harus dibayar mencapai 2 juta yen. Walaupun ada
sumbangan dari orang yang datang melayat, tapi tetap tidak akan cukup
untuk membayar semua keperluan pemakaman, apalagi pemerintah hanya
memberi uang duka 50 ribu yen, saking mahalnya, orang Jepang yang bukan
Kristen pun mulai beralih menggunakan rumah duka yang harganya lebih
murah.
Mungkin ada yang bertanya, buat
anak-anak apakah tarifnya dibedakan? Beda, tapi tidak terlalu jauh beda
harganya. Kalau anak-anak yang meninggal di bawah umur 16 tahun, di
makamnya diletakkan boneka-boneka, lalu di depan makamnya biasanya
diletakkan sesaji berupa mainan dan makanan.
Jepang terkenal dengan teknologinya yang hebat, yang bisa menikmati teknologi tidak cuma orang yang masih hidup, yang sudah meninggal pun bisa. Mungkin bingung kan, bagaimana caranya?
Ada pula penerapan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) ke rumah pemakaman. Setelah jenazah dibakar, abunya dimasukkan ke dalam pot maka pot tersebut akan disimpan di dalam gudang. Ketika akan melakukan sembahyang untuk orang yang sudah meninggal tersebut, cukup menggunakan kartu RFID maka melalui sistim yang ada, pot tersebut akan dikeluarkan dari dalam gudang ke altar tempat persemayaman. Dan jika sudah selesai, pot tersebut akan dibawa kembali ke dalam gudang. (lihat di sini)
Bagaimana nasib homeless dan orang yang tidak memiliki keluarga? Siapa yang akan membiayai pemakamannya? Biasanya homeless dan orang jalanan yang meninggal dunia, kremasinya akan dibiayai oleh negara, selanjutnya abunya akan disimpan di kuil berhubung tidak diketahui di mana nisan pemakaman keluarganya. Kasihan ya, ketika meninggal arwahnya tidak bergabung dengan keluarganya.
0 komentar:
Posting Komentar